Selasa, 03 Maret 2009

Doa yang indah

Aku meminta kepada Allah untuk menyingkirkan penderitaanku.
Allah menjawab: “Tidak. Itu bukan untuk Kusingkirkan, tetapi agar kau mengalahkannya.”

Aku meminta kepada Allah untuk menyempurnakan kecacatanku.
Allah menjawab: “Tidak. Jiwa adalah sempurna, badan hanyalah sementara.”

Aku meminta kepada Allah untuk menghadiahkanku kesabaran.
Allah menjawab: “Tidak. Kesabaran adalah hasil dari kesulitan,
itu tidak dihadiahkan, melainkan dipelajari.”


Aku meminta kepada Allah untuk memberiku kebahagiaan.
Allah menjawab: “Tidak. Aku memberikanmu berkat.
Kebahagiaan adalah tergantung padamu.”

Aku meminta kepada Allah untuk menjauhkan penderitaan.
Allah menjawab: “Tidak. Penderitaan menjauhkanmu dari perhatian duniawi dan membawamu mendekat pada-Ku.”

Aku meminta kepada Allah untuk menumbuhkan rohku.
Allah menjawab: “Tidak. Kau harus menumbuhkannya sendiri,
tetapi Aku akan memangkas untuk membuatmu berbuah.”


Aku meminta kepada Allah segala hal sehingga aku dapat menikmati hidup.
Allah menjawab: “Tidak. Aku akan memberimu hidup,
sehingga kau dapat menikmati segala hal.


Aku meminta kepada Allah membantuku mengasihi orang lain,
seperti Ia mengasihiku.
Allah menjawab: “Ahh, akhirnya kau mengerti.”

Semoga Roobmu memberkatimu. Bagi dunia kau mungkin hanyalah seseorang,
tetapi bagi seseorang kau mungkin dunianya.

Ya Allah, cintai aku hari ini



Hari ini mungkin akan ada tangis lagi.
Walau sampai habis air mata, tapi tak mengapa. Karena aku mengiba cinta.

Pernah merasakan kerinduan yang teramat sangat? Kerinduan untuk mendapatkan cinta. Saat itu seolah hati merana tak berjiwa. Seperti hampa. Tak berdaya.

Namun kehidupan ini memaksanya untuk tetap ada.


Setiap diri kita pasti butuh cinta. Dan kebutuhan itu terlihat nyata dari perilaku kita, ataupun tersembunyi lewat kata. Entah dinyatakan secara jelas, entah sekedar tersirat hadirnya. Mungkin pula hanya berupa rasa rindu yang menggelora tanpa kuasa meminta. Cinta itu fitrah adanya.


Seringkali tak sanggup diri kita untuk memperhatikan lagi rambu-rambu dalam bercinta. Oleh sebab perasaan itu telah kuat adanya. Otak ini serasa beku tak kuasa, sedang hati telah terguratkan olehnya.


Kadangkala, kalimat yang kita ucapkan tak melulu mewakili perasaan yang sebenarnya. Seringkali hati lah yang bisa berbicara, namun mulut ini tak sanggup mengutarakannya. Keinginan untuk dicintai itu telah terpendam jauh di pelosok kalbu.

Kepada manusia, kita telah melakukan apa saja untuk mendapatkan cinta. Dari ayah dan ibu kita, teman dan sahabat, suami, anak, istri, dan siapa saja yang dekat dengan diri kita.

Kepada Sang Pencipta, apakah kita berlaku hal yang sama? Andaikan begitu lemah kita menyampaikan rasa, bagaimana kita meminta kepada-Nya? Bukankah segala pinta tersampaikan lewat doa?

Walau hanya sebatas satu kalimat yang terlantunkan dari hati, Ya Allah, cintai aku hari ini...