Selasa, 18 Mei 2010

Berbagi kesepakatan

Apa yang bisa kita berikan kepada orang lain?

Jawabannya bisa bermacam - macam. Apapun yang kita punya, yang masih pantas diberikan bagi mereka yang memerlukan, baik diminta ataupun tidak.

Jika saja, ajaran hidup beragama dapat benar - benar dilaksanakan umatnya, niscaya kehidupan dunia akan seimbang. Antara kaya dan miskin, ahli dan awam, dan akronim lainnya tidak jauh berkesenjangan. Semuanya serasi, selaras dan seimbang. Saling asih, asah dan asuh. Indahnya perbedaan yang sering diutarakan berbagai tokoh masyarakat akan benar - benar indah.

Saat ini individu materialistis terasa begitu menjadi sebuah hal yang biasa. Termasuk juga perbuatan - perbuatan yang disebut " manusiawi " menjadi biasa. Ketamakan, kesombongan, egois, merasa diri sendiri " lebih " dari orang lain, lebih pintar, punya anak jenius, dan masih banyak lagi, banyak sekali.

Kemudian berkumpul hanya dengan orang yang " sama ". Memberi dengan tetap memamerkan pemberiannya itu, berusaha agar orang lain ada yang tahu kalau dia memberi pada sianu, siitu. Alasannya agar ada transparansi, agar orang lain bisa mengikuti kebaikannya.

Ini bukan apatis. Semuanya adalah relatif. Darimana aspek untuk menilai itu semua. Baik. Baik menurut siapa? Atau buruk. Buruk menurut siapa? Seorang yang belum dalam ilmunya tentang agamapun mungkin cuma bisa mengatakan, sesuai perintah Allah dan Rasulnya.

Teringat saat masih sekolah di taman kanak-kanak, seorang pemberi ilmu mengatakan, " Semuanya adalah relatif, sesuai dengan apa yang kita sebut, KESEPAKATAN ". Artinya bahwa segala tindakan yang kita lakukan, pendapat yang kita sampaikan, sesuatu yang kita berikan, harus didasari dengan kesepakatan. Contoh : kita memberi sedekah pada seorang yang kita anggap perlu diberi sedekah. Orang yang kita beri sedekah tidak merasa ada masalah dengan pemberian kita, bahkan tentunya merasa senang. Hal ini bisa terjadi kalau tidak ada orang yang tahu atau melihat tentang adanya pemberian tersebut. Kenapa? Kalau ada orang lain yang tahu, bisa timbul berbagai persepsi, baik atau buruk, tergantung pada latar keilmuan dan keimanan orang yang terakhir disebutkan.

Inilah mungkin dan pasti diisyaratkan teladan kita, memberi dengan tangan kanan, tangan kiri tidak perlu tahu. Cukupkan hanya Sang Maha Mengetahui yang mengetahui.

Teruslah berbagi kepada sesama, disaat senang ataupun susah. Buatlah kesepakatan dengan orang - orang disekelilingmu, jika tidak bisa, sembunyikan apa-apa yang engkau sedekahkan.