Jumat, 25 Desember 2009

Di sana

     Di tengah kebisingan dan hiruk pikuk kejadian dan berita yang membuat kita jenuh, tanggal 18 Desember 2009, bersama dengan 15 orang teman kerja, aku berlayar ke sebuah pulau di sebelah utara Jakarta.

     Dua orang teman mengajak serta anaknya, Zahra binti Ganda dan Amel binti Mismanto. Jam sudah menunjuk pukul 07.00 pagi ketika bis " LEMHANAS " yang kami tumpangi bergerak keluar dari halaman parkir karyawan di sebuah perusahaan yang ada di KIIC Karawang Barat.

     Beberapa orang teman sempat melakukan panggilan melalui ponsel, sekedar memberi informasi pada keluarga di rumah, kalau mereka sudah berangkat. Pada awal pembicaraan dengan pengemudi bis, yang kuketahui namanya adalah Darsono, kita menetapkan pilihan rute perjalanan melalui tol Jakarta Cikampek, kemudian masuk tol JORR dan diteruskan hingga Bandara Soekarno-Hatta. Namun sayang, esok saat kembali, dia berhalangan untuk menjemput.

     Sesaat setelah keluar dari Soekarno-Hatta, bis memutar arah ke kanan, melalui jalanan Kampung Melayu. Tak lama kemudian bis sudah berada di tengah kampung Naga. Penunjuk jalan ke kanan adalah Tanjung Pasir. Aku pernah ke sana dengan beberapa teman mancing, hingga menyewa sebuah perahu ke Untung Jawa. Perjalanan kali ini tidak menyeberang dari Tanjung Pasir, tetapi terus ke Muara Sa'ban di Sepatan, Tagerang.

     Jam 9 lewat 15 menit, bis sudah sampai di Muara Sa'ban, Kampung Bahari. Masih jauh lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Jadwal keberangkatan kapal biasanya jam 11 nanti siang. Bis terlanjur masuk ke jalanan menuju pelelangan. Jalanan di sini rusak. Setelah dibantu seorang petugas Hansip, bis berputar kembali setelah menurunkan kami.

     Sambil menunggu kedatangan kapal yang ternyata belum tiba, aku dan pa Haji Mul membeli sekitar 30 kg ikan untuk acara bakar ikan di sana. Kakap merah, Ekor kuning, Bawal, Baronang menjadi pilihan kami.
Setelah semua ikan dimasukkan dalam kotak, berikutnya es batu serut. Endang, Udi, Herry dan Juliansyah dengan cepat mencampur ikan-ikan itu dan menguruknya dengan es serut. Perlu 3 orang untuk membawanya ke perahu.

     Tampak pelelangan ikan di Muara Sa'ban masih ramai meskipun saat itu sudah pukul 10. Tak lama setelah ikan dibawa ke dekat perahu, kami masih sempat untuk makan siang. Aku kurang berselera, jadi minta makanan dibungkus saja.


     Setelah menghabiskan segelas kopi hitam, rupanya perahu yang sudah datang juga telah selesai memuat barang - barang yang akan dibawa. Segera saja kami bergegas. Sesaat seetelah berada dalam perahu, datang sebuah pickup dengan muatan asbes. Wah, nambah muatan lagi nih. Sambil kubantu menyusun papan penutup dak yang sudah bertuliskan nomer, abk menaikan asbes ke atas perahu. Sebentar saja semua selesai. Tepat pukul 11, perahu berlayar menuju laut lepas. Bismillah...

     Cuaca bersahabat, sesuai harapan. Matahari terik bersinar. Semua penumpang asik dengan obrolan masing- masing. Aku memilih berdiam di bagian depan, agar tidak terlalu bising oleh suara mesin perahu. Sekitar 1 jam perjalanan laut, sudah banyak teman - tamen yang terlelap.

     Hampir jam 1 siang, sudah tampak pulau yang dituju. Kita akan segera berlabuh. Tak lama setelah perahu merapat, seorang anak perempuan menghampiriku. Namanya Devi, dia adik iparku. Setelah memberi salam dan mencium tanganku, seorang tukang becak menghampiri. Dia menanyakan barang bawaan kami, untuk segera diangkut ke rumah. Beberapa teman membantu memuat barang ke becak.

     Tiba di rumah. Semua terlihat rapi dan bersih. Ada hidangan di meja. Sayur asem, sambal, krupuk dan perkedel ikan. Mantap...segera setelah sholat kami habiskan hidangan yang tersedia. Sambil menunggu datangnya waktu sholat Ashar, beberapa teman menyiapkan alat pancing. Lainnya melihat pemandangan laut dari halaman samping rumah yang berada sekitar 20 meter dari pantai.


     Pemandangan dari halaman samping rumah sempat aku abadikan di sini. Tampak sampan wa' Sura yang sedang ditambatkan. Dari sini juga biasanya aku memandang sunrise, bila cuaca sedang cerah.
     
     Setelah sholat Ashar, kami berangkat ke Tanjongan, sebelah timur pulau dengan berjalan kaki. Sepanjang jalan terlihat teman - teman menikmati pemandangan, sambil bersenda gurau. Tiba di Tanjongan, terlihat ramai. Ini hari pertama libur, hingga 2 hari kedepan.

     Serombongan orang bersepeda datang. Dilihat dari penampilannya, sepertinya mereka datang dari luar pulau. Kamera yang menurut taksiranku berharga di atas 10 jutaan, bergelantungan di hampir setiap bahu mereka. Acara mancing akan dimulai....nantikan kelanjutannya.