Rabu, 09 Desember 2009

9 Desember 2009

     Selamat pagi semua...mudah-mudahan selalu dalam lindunganNya...amin...dan mudah-mudahan " Rencana 9 Desember " bisa berbuah positif untuk bangsa dan negara.

     Kata - kata itu saya sampaikan dari facebookku. Malam sebelum tidur, sepulang dari tempat kerja. Ada banyak interest pada aksi anti korupsi tanggal 9 Desember 2009 ini. Salah satunya di tempat pa Suparjan, seorang teman dari blogger Cikarang. Juga beberapa berita online di Internet.


     Sepertinya semua mata tertuju pada jalannya penegakan hukum di negeri ini, terutama pada kasus korupsi. Tentunya kita berharap semua kasus yang bisa dibawa ke pengadilan tipikor dapat dituntaskan. Harapan dari seorang anak negeri yang lelah melihat begitu banyaknya tipikor terjadi di Indonesia. Rasa malu kita melihat fakta urutan negara korup di dunia, membuat kita, hari ini memperingatinya dengan suka cita.

     Ada pendapat, yang mengatakan bahwa korupsi yang terjadi saat ini di Indonesia, merupakan hasil dari pengaruh feodalisme penjajahan sebuah negara Eropa di Indonesia yang sudah berlangsung lama. Selama 350 tahun bangsa kita, yang gemah ripah loh jinawi, ramah tamah, berbudi pekerti luhur, berada dalam masa penjajahan. Saat itu banyak pribumi yang berada dalam lingkaran " Priyayi ", begitu dimanjanya oleh penjajah. Penjajah menciptakan kondisi, dimana para penjilat dan pencari muka begitu teganya memakan daging bangsanya sendiri. Budaya itu mungkin masih bisa kita rasakan saat ini. Korupsi dalam hal ini diartikan, mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan orang banyak. Dapat dikatakan mengambil yang bukan haknya.

     Sekarang para pemilik modal besar, kaum kapitalis, merajalela di dunia. Di Indonesia, kita bisa menyaksikan pertarungan pasar - pasar modern besar, yang menggilas pasar tradisional. Jargon politik yang pernah dipakai oleh sebuah partai, untuk memajukan pasar tradisional kurang mendapatkan dukungan. Saat ini kita bisa jadi lebih suka berbelanja di pasar modern dengan segala fasilitasnya, paling tidak bisa mendapatkan harga yang sama disetiap tempat sejenis. Tidak seperti pasar tradisional yang kadang-kadang berbeda harga, antara pedagang, meskipun berada dalam satu lokasi pasar. " Ambil untung sebesar-besarnya, terutama saat permintaan ( demand ) beranjak naik ". Duh...teganya.

     Kembali ke topik kita, pertanyaannya ; akankah korupsi di negeri ini bisa terselesaikan dengan merayakan, memperingati, mendengung-dengungkan, mewacanakan, memberitakan dan memeriahkan hari ANTI KORUPSI SEDUNIA ?

     Jawabnya terserah anda. Bahkan saya juga yakin bahwa Ngeblog dengan Hari Anti Korupsi Sedunia, juga belum bisa menyelesaikan. Hanya satu yang bisa saya pesankan, " Pelihara anakmu,  isterimu, keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya dari batu dan manusia ".